ASKEB IV (PATOLOGI KEBIDANAN



1.1  Komplikasi kelainan, penyakit dalam persalinan
v  Pemeriksaan kehamilan dini
2. Kontak dini kehamilan trimester I
3. Skrining untuk deteksi
4. ANC Berdasarkan Kebutuhan Individu
sesuatu untuk semuanya, tetapi lebih untuk yang membutuhkan sesuai dengan kebutuhannya.

Resiko Tinggi Ibu hamil dengan faktor resikonya dapat diamati dan ditemukan sedini mungkin pada awal kehamilan pada ibu hamil yang masih sehat dan merasa sehat. Skrining Antenetal
Melakukan Deteksi dini Resiko Tinggi ibu hamil dengan macam faktor resikonya.
BATASAN FAKTOR RESIKO PADA IBU HAMIL
• KELOMPOK FR I/ Ada potensi resiko
1. Primi Muda : Terlalu Muda hamil pertma umur 16 tahun atu kurang
2. Primi Tua : a. Terlalu tua, hamil pertama umur 35 tahun atau lebih
b. Terlalu lambat hamil. Setelah kawin 4 tahun lebih
3. Primi Tua : Terlalu lama punya anak lagi, terkecil 10 tahun lebih
Sekunder
4. Anak Terkecil : Terlau cepat punya anak lagi, kurang 2 tahun
<2 tahun
5. Grende Multi : Terlalu banyak punya anak 4 atau lebih
6. Umur ≤ 35 tahun : Terlalu tua, hamil umur 35 tahun atau lebih
7. Tinggi Badan
≤ 145 : Terlalu pendek pada hamil pertama, kedua atau lebih belum pernah melahirkan normal dengan bayi cukp bulan dan hidup.
8. Pernah Gagal
Kehamilan : Pernah gagal pada kehamilan yang lalu hamil yang pertama gagal Hamil ketiga/ lebih mengalami gagal 2 kali
9. Pernah Melahirkan
Dengan : a. Tarikan
b. Uri dikeluarkan oleh penolong dari dalam rahim
c. Pernah diinfus/ transfuse pada pendarahan post partum
10. Bekas Operasi
Sesar : Pernah melahirkan bayi dengan operasi sesar sebelum kehamilan ini
• KELOMPOK FR II/ Ada Resiko
11. Ibu Hamil Dengan Penyakit :
a. Anemia : Pucat, lemas badan lekas lelah
b. Malaria : Panas Tinggi, Menggigil keluar keringat, sakit kepala
c. Tuber Colosa Paru : Batuk lama tidak sembuh-sembuh, batuk darah badan lemahlesu dan kurus
d. Payah Jantung : Sesak nafas, jantung berdebar, kaki bengkak
e. Penyakit lain : PSM
12. Preeklamsi Ringan : Bengkak tungkai dan tekanan darah tinggi
13. Hamil Kembar/ gemeli : Perut ibu sangat membesar, gerak anak terasa di beberapa tempat
14.Kembar Air/ Hidramnion : Perut ibu sangat membesar, gerak anak tidak begitu terasa, karena air ketuban terlalu banyak, biasanya anak kecil
15.Bayi mati dalam : Ibu hamil tidak terasa gerakan anak lagi kandungan
16. Hamil lebih bulan
(Serotinus) : Ibu hamil 9 bulan dan lebih 2 munggu belum melahirkan.

17. Letak Sungsang : di atas perut : kepala bayi ada diatas dalam rahim , * Kelainan letak sungsang : Rasa berat (nggandol) menunjukkan letak kepala janin
18. Letak Lintang : Disamping perut : kepala bayi didalam rahim terletak dosebelah kanan atau kiri
• KELOMPOK FR. III/ Ada Gawat Darurat
19. Perdarahan sbl bayi lahir : Mengeluarkan pada waktu hamil, sebelum kelahiran bayi
20. Preeklamsia Berat/
Eklamsia : Pada hamil 6 bulan lebih : sakit kepala, atau pusing, bengkak tungkai/ ditambah dengan terjadi kejang-kejang

Deteksi dini penyulit persalinan
• Partograf pada setiap persalinan kala I aktif
- Djj
- Air Ketuban U,J,M,D
- Molase
- Ø
- Penurunan kepala
- Waktu
- Jam
- Kontraksi
- Oksitosin
- Obat
- Nadi, TD, Temp
- Protein, Aseton dan volume urin
Deteksi dini komplikasi masa nifas
• Anemia
1. Risiko ini terjadi bila ibu mengalami perdarahan yang banyak, apalagi bila sudah sejak masa kehamilan kekurangan darah terjadi. Di masa nifas, anemia bisa menyebabkan rahim susah berkontraksi. Ini karena darah tak cukup memberikan oksigen ke rahim.

• Eklampsia dan preeklampsia
Selama masa nifas di hari ke-1 sampai 28, ibu harus mewaspadai munculnya gejala preeklampsia. Jika keadaannya bertambah berat bisa terjadi eklampsia, dimana kesadaran hilang dan tekanan darah meningkat tinggi sekali. Akibatnya, pembuluh darah otak bisa pecah, terjadi oedema pada paru-paru yang memicu batuk berdarah. Semuanya ini bisa menyebabkan kematian.
• Perdarahan postpartum
1. Perdarahan ini bisa terjadi segera begitu ibu melahirkan. Terutama di dua jam pertama yang kemungkinannya sangat tinggi
2. terjadi perdarahan, maka tinggi rahim akan bertambah naik

Involusi TFU Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi Pusat 1000 gram
Uri Lahir 2 Jari b/ pusat 750 gram
1 minggu ½ pusat sympisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba 350 gram
6 minggu Tambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram
• Depresi masa nifas
1. Terjadi terutama di minggu-minggu pertama setelah melahirkan, di mana kadar hormon masih tinggi.
2. Gejalanya adalah gelisah, sedih, dan ingin menangis tanpa sebab yang jelas.
3. Tingkatannya bermacam-macam, mulai dari neurosis atau gelisah saja yang disertai kelainan tingkah laku, sampai psikosis seperti penderita sakit jiwa dan kadang-kadang sampai tak sadar, seperti meracau, mengamuk, dan skizofrenia. Situasi depresi ini akan sembuh bila ibu bisa beradaptasi dengan situasi nyatanya.
• Infeksi masa nifas
1. Pada saat nifas, adanya darah yang keluar merupakan proses pembersihan rahim dari sel-sel sisa jaringan, darah, lekosit, dan lainnya.
2. Gejala infeksi nifas tergantung pada bagian tubuh yang diserang. Pada minggu-minggu pertama, gejala yang terjadi akibat perluasan infeksi biasanya belum terlihat. Setelah infeksi berkembang lebih lanjut, barulah gejala berikut mulai terlihat.
3. Bila infeksi terjadi pada daerah antara lubang vagina dan anus, bagian luar alat kelamin, vagina atau mulut rahim , biasanya timbul gejala, yakni:
- Rasa nyeri dan panas pada tempat yang terinfeksi.
- Kadang-kadang, rasa perih muncul ketika buang air kecil.
- Sering juga disertai demam.
4. Bila terjadi infeksi pada selaput lendir rahim , gejalanya bisa dikenali dari cairan yang keluar setelah melahirkan. Cairan ini seringkali tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta atau selaput ketuban. Padahal, ini mengakibatkan gejala berikut:
- Suhu tubuh meningkat.
- Rahim membesar disertai rasa nyeri.
5. Bila infeksi menyebar melalui pembuluh darah balik ke berbagai organ tubuh , seperti paru-paru, ginjal, otak, atau jantung, akan mengakibatkan terjadinya abses-abses di tempat tersebut.
6. Bila infeksi menyebar melalui pembuluh getah bening dalam rahim , dapat langsung menuju selaput perut atau kadang melalui permukaan selaput lendir rahim menuju saluran telur serta indung telur. Nah, gejala yang akan muncul berupa:
- Rasa sakit.
- Denyut nadi meningkat
- Suhu tubuh meningkat disertai menggigil.
7. Jika infeksi terjadi, ibu mengalami gejala demam tinggi dan nifasnya berbau busuk. Selain itu rahim bisa menjadi lembek dan tak berkontraksi sehingga bisa terjadi perdarahan. Meski infeksi ini jarang berakibat fatal, tapi bila terjadi komplikasi bisa menyebabkan kematian.
1.2 DISTOSIA KELAINAN JANIN
Roy (2003) mengemukakan pendapatnya bahwa tingginya diagnosa distosia merupakan akibat dari perkembangan perubahan lingkungan yang berlangsung lebih cepat dari pada perkembangan evolusi manusia itu sendiri.
Joseph dkk (2003) melakukan analisa karakteristik maternal berkaitan dengan kenaikan angka kejadian SC di Nova Scotia. Mereka melaporkan bahwa kenaikan angka kejadian SC tersebut berhubungan dengan perubahan pada usia maternal, paritas, berat badan sebelum hamil dan pertambahan berat badan selama kehamilan.
Nuthalapaty dkk (2004) dan Wilkes dkk (2003) mengemukakan adanya hubungan antara berat badan maternal dengan distosia.
PANDANGAN UMUM
Distosia merupakan akibat dari 4 gangguan atau kombinasi antara :.
  1. Kelainan Tenaga Persalinan. Kekuatan His yang tidak memadai atau tidak terkordinasi dengan baik agar dapat terjadi dilatasi dan pendataan servik (uterine dysfunction) serta gangguan kontraksi otot abdomen dan dasar panggul pada kala II.
  2. Kelainan Presentasi-Posisi dan Perkembangan janin
  3. Kelainan pada Tulang Panggul (kesempitan panggul)
  4. Kelainan Jaringan Lunak dari saluran reproduksi yang menghalangi desensus janin
Secara sederhana, kelainan diatas dapat secara mekanis dikelompokkan kedalam 3 golongan :
  1. Kelainan POWER : kontraksi uterus dan kemampuan ibu meneran
  2. Kelainan PASSANGER : keadaan janin
  3. Kelainan PASSAGE : keadaan panggul
aclip_image002

“Over” Diagnosa Distosia
Kombinasi dari berbagai keadaan yang terlihat pada tabel 1 diatas sering mengakibatkan disfungsi persalinan. Saat ini, terminologi “cephalopelvic disproportion” atau “failure to progress” sering digunakan untuk menyatakan adanya proses persalinan yang tidak efektif.
“Cephalopelvic Disproportion”
CPD adalah diagnosa yang sangat tidak objektif oleh karena lebih dari 2/3 pasien dengan diagnosa CPD dan menjalani SC, pada persalinan selanjutnya ternyata dapat melahirkan janin spontan pervaginam yang tidak jarang lebih besar dan lebih berat dari persalinan sebelumnya.
“Failure to Progress” ( partus tak maju )
Istilah ini menjadi terminologi populer untuk menyatakan adanya persalinan yang berlangsung tidak efektif pada persalinan spontan atau dengan induksi oksitosin.
Terminologi ini biasa digunakan pada situasi dimana tidak terjadi kemajuan dilatasi servik dan atau desensus janin atau terjadi kemajuan yang tidak normal.
Sudah menjadi pendapat umum sekarang ini bahwa diagnosa distosia pada persalinan dengan SC merupakan hal yang bersifat overdiagnosis.
Tindakan SC dengan indikasi distosia sering menjadi hal yang bersifat kontroversial oleh karena beberapa hal :
    1. Penegakkan diagnosa distosia yang tak tepat
    2. Efek pengunaan analgesia epidural tak diperhitungkan
    3. Kecemasan medikolegal yang berlebihan
    4. Kenyamanan klinis bagi dokter atau pasien ( dokter terburu-buru atau pasien menghendaki hal yang “terbaik” bagi dirinya )
    5. Stimulasi oksitosin tidak diberikan dengan metode yang tepat dan benar.
Rekomendasi dari American College of Obstetricians and Gynecologist (1995a) sebelum diagnosa distosia ditegakkan, dilatasi servik harus sudah lebih dari 4cm ( pasien sudah masuk persalinan aktif ) .
MEKANISME DISTOSIA
Pada akhir kehamilan, agar dapat melewati jalan lahir kepala harus dapat mengatasi tebalnya segmen bawah rahim dan servik yang masih belum mengalami dilatasi. Perkembangan otot uterus di daerah fundus uteri dan daya dorong terhadap bagian terendah janin adalah faktor yang mempengaruhi kemajuan persalinan kala I.
Setelah dilatasi servik lengkap, hubungan mekanis antara ukuran dan posisi kepala janin serta kapasitas panggul (fetopelvic proportion) dikatakan baik bila sudah terjadi desensus janin.
Gangguan fungsi otot uterus dapat disebabkan oleh regangan uterus berlebihan dan atau partus macet [obstructed labor]. Dengan demikian maka persalinan yang tidak berlangsung secara efektif adalah merupakan tanda akan adanya fetopelvic disproportion.
Membedakan gangguan persalinan menjadi disfungsi uterus dan fetopelvic disproportion secara tegas adalah tindakan yang tidak tepat oleh karena kedua hal tersebut sebenarnya memiliki hubungan yang erat.
Kondisi tulang panggul bukan satu-satunya penentu keberhasilan berlangsungnya proses persalinan pervaginam. Bila tidak ada data objektif untuk mendukung adanya disfungsi uterus dan FPD, harus dilakukan TRIAL of LABOR untuk menentukan apakah persalinan pervaginam dapat berhasil pada sebuah persalinan yang diperkirakan akan berlangsung tidak efektif.
Banyak ahli yang berpendapat bahwa tindakan TRIAL of LABOR adalah merupakan prioritas utama untuk menurunkan kejadian sectio caesar.
ABNORMALITAS TENAGA PERSALINAN
Dilatasi servik dan propulsi serta ekspulsi janin dimungkinkan oleh adanya his dan usaha meneran ibu pada persalinan kala II.
Gangguan intensitas satu atau kedua faktor diatas akan menyebabkan perjalanan partus yang terhambat atau terganggu.
Diagnosa disfungsi uterus pada kala I fase laten sulit ditegakkan dan umumnya dibuat secara retrospektif. Salah satu kesalahan yang sering dilakukan adalah terapi disfungsi uterus pada pasien yang masih belum inpartu.
3 hal penting yang perlu mendapat perhatian dalam penatalaksanaan disfungsi uterus:
  1. Membiarkan berlangsungnya partus lama tanpa tindakan akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal.
  2. Oksitosin drip dapat digunakan untuk mengatasi beberapa jenis disfungsi uterus.
  3. Pada kasus dengan kegagalan atau terdapat kontra-indikasi oksitosin drip, pilihan untuk melakukan SC lebih utama dibandingkan pilihan persalinan dengan ekstrasi cunam tengah yang teknis sulit dikerjakan dan sering menimbulkan komplikasi.
JENIS DISFUNGSI UTERUS
Reynold dkk (1948) Kontraksi uterus pada persalinan normal ditandai dengan aktivitas miometrium yang bersifat gradual, dengan kontraksi terkuat dan berlangsung lama dibagian fundus uteri dan kearah servik kekuatan kontraksi uterus secara bertahap menjadi semakin berkurang.
Caldeyro-Barcia dkk (1950) dari Montevideo Uruguay menyatakan bahwa terdapat perbedaan waktu dari onset kontraksi uterus di daerah fundus uteri dan daerah pertengahan corpus uteri serta pada segmen bawah rahim.
Larks (1960) menjelaskan bahwa rangsangan yang berawal di bagian cornu akan diikuti oleh rangsangan berikutnya beberapa milidetik setelahnya, gelombang rangsangan akan saling menyatu dan diteruskan secara serentak dari fundus uteri kebagian bawah uterus.
Agar terjadi dilatasi servik, diperlukan kontraksi uterus dengan intensitas sekurang-kurangnya 15 mmHg. Kontraksi uterus yang berlangsung secara normal dapat menimbulkan tekanan intrauterin sampai 60 mmHg.
Dengan data diatas, maka disfungsi uterus dapat dibedakan menjadi :
Disfungsi uterus hipotonik :
    • Tidak ada tonus basal
    • Kontraksi uterus memiliki pola gradasi normal ( synchronous ) tetapi
    • Tekanan yang ditimbulkan oleh kontraksi uterus tidak cukup kuat untuk menyebabkan terjadinya dilatasi servik.
Disfungsi hipertonik ( incoordinate uterine dysfunction)
    • Basal tonus meningkat dan atau
    • Kekacauan dalam gradasi tekanan yang ditimbulkan oleh his akibat tekanan yang ditimbulkan oleh his dibagian tengah uterus lebih besar daripada yang dihasilkan oleh bagian fundus dan atau adanya peristiwa asinkronisme dari rangsang yang berasal dari cornu.
clip_image004
clip_image006
clip_image007
GANGGUAN PERSALINAN KALA I FASE AKTIF
Gangguan persalinan secara klinis dibagi menjadi :
    1. Lebih lambat dari kemajuan persalinan yang normal (“protraction disorder”) dan atau
    2. Terhentinya kemajuan persalinan (“arrest disorder”)
Persalinan kala I fase aktif bila dilatasi servik sudah mencapai sekurang-kurangnya 4 cm
“Active phase arrest”
Handa dan Laros (1993) : Active-phase arrest adalah bila dalam waktu ≥ 2 jam tidak terdapat kemajuan pada dilatasi servik
Angka kejadian : 5% pada nulipara dengan kehamilan aterm (menurut Friedman pada tahun 1978, angka kejadian ini tidak berubah sejak tahun 1950 )
His tidak adekwat adalah bila kekuatannya £ 180 Montevideo Unit dan keadaan ini terdapat pada 80% kasus terhentinya fase aktif (“active-phase arrest”).
“Protraction disorder”
Definisi keadaan ini lebih sulit ditentukan.
WHO : dalam partograf dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan “protraction” adalah kecepatan dilatasi servik £ 1 cm per jam untuk waktu minimum 4 jam.
Kriteria “active phase arrest” dan “protraction disorder” menurut American College of Obstetricians and Gynecologist dapat dilihat pada tabel 2 berikut :
clip_image009
Sebelum menegakkan diagnosa “arrest” selama persalinan kala I maka kedua kriteria berikut harus dipenuhi:
  1. Dilatasi servik sudah lebih dari 4 cm.
  2. His dengan kekuatan 200 Montevideo Unit selama 10 menit sudah berlangsung selama 2 jam tanpa diikuti dengan perubahan pada servik.
GANGGUAN PERSALINAN KALA II
Desensus kepala terutama terjadi setelah dilatasi servik lengkap.
Sebagian besar dari “seven cardinal movement of labor” berlangsung pada kala II.
Akibat dari adanya kelainan CPD umumnya terlihat pada kala II.
Batas waktu kala II pada nulipara adalah 2 jam ( 3 jam pada kasus dengan anestesi regional) dan pada multipara adalah 1 jam ( 2 jam pada kasus dengan anestesi regional).
DERAJAT PENURUNAN (station) PADA AWAL PERSALINAN
Engagemen = desensus diameter biparietal janin sampai setinggi spina ischiadica maternal (station 0).
Terdapat kaitan erat antara bagian terendah janin yang masih tinggi saat memasuki persalinan dengan kejadian distosia yang akan terjadi.
ETIOLOGI PENYEBAB DISFUNGSI UTERUS
  1. Analgesia epidural
  2. Chorioamnionitis
  3. Posisi ibu selama persalinan
  4. Posisi persalinan pada kala II

PARTUS PRESIPITATUS
Hughes (1972) : partus presipitatus adalah kejadian dimana ekspulsi janin berlangsung kurang dari 3 jam setelah awal persalinan.
Ventura dkk (2000) : angka kejadian partus presipitatus tahun 1998 di USA sebesar 2% dan terutama terjadi pada multipara dengan frekuensi kontraksi uterus kurang dari 2 menit.
Mahon dkk (1979) : “short labor” adalah bila kecepatan dilatasi servik pada nulipara > 5 cm/jam dan pada multipara 10 cm/jam.
Partus presipitatus sering berkaitan dengan :
    1. Solusio plasenta
    2. Aspirasi mekonium.
    3. Perdarahan post partum.
    4. Apgar score rendah.
Komplikasi maternal:
  1. Jarang terjadi bila dilatasi servik dapat berlangsung secara normal.
  2. Bila servik panjang dan jalan lahir kaku, akan terjadi robekan servik dan jalan lahir yang luas.
  3. Emboli air ketuban (jarang).
  4. Atonia uteri dengan akibat HPP.
Komplikasi janin :
  1. Morbiditas dan mortalitas perinatal meningkat oleh karena :
    1. Kontraksi uterus yang terlalu kuat akan menyebabkan asfiksia intrauterin.
    2. Trauma intrakranial akibat tahanan jalan lahir.
  2. Acker dkk (1988) melaporkan kejadian Erb atau Duchene paralysis pada 1/3 kasus partus presipitatus.
  3. Persalinan tanpa pertolongan yang baik akan menyebabkan cedera pada janin akibat terjatuh dilantai atau tidak dapat segera memperoleh resusitasi bila diperlukan.
Penatalaksanaan
  1. Kejadian ini biasanya berulang, sehingga perlu informasi dan pengawasan yang baik pada kehamilan yang sedang berlangsung.
  2. Hentikan pemberian oksitosin drip bila sedang diberikan.
1.2.1 Bayi Besar
Bila Anda seorang ibu yang sedang hamil, Takutkah anda jika bayi anda kelak lahir dengan bayi besar yakni bayi lahir dengan berat diatas 4 kilogram. Setiap bayi yang lahir besar berisiko terjadi komplikasi saat melahirkan, risiko yang terjadi bisa berupa sulitnya bayi keluar melalui jalan lahir, perdarahan pasca melahirkan akibat robekan pada jalan lahir atau tersangkutnya bahu anak yang berakibat bayi sulit bernafas, bahkan bila tersangkutnya bahu tak segera tertolong menyebabkan kematian sang anak.
Hal ini adalah satu bentuk komplikasi saat proses persalinan yang terjadi dengan bayi besar. Sebenarnya prediksi anak besar telah dapat diprediksi lebih dini dengan periksa kehamilan yang teratur baik di bidan maupun pada dokter.
Saat periksa hamil di dokter anda selalu di tanya, riwayat siklus haid yang lalu, riwayat masalah kesehatan ibu/bapak sebelum hamil, keluhan-keluhan yang dirasakan selama hamil dan riwayat komsumsi obat-obatan tertentu selama hamil berlangsung. Pertanyaan tersebut akan membawa dokter dalam program pemeriksaan lanjutan demi kesejahteran janin.
Sebagai contoh bila ibu dengan riwayat terjadi keguguran yang berulang, bayi meninggal dalam kandungan dan pernah melahirkan bayi besar, dokter akan mengarahkan untuk memeriksa kadar gula darah ibu dan pemeriksaan darah untuk melihat parasit tertentu seperti toksoplasma.
Dengan pemeriksaan lebih awal ini kelainan tertentu bisa diatasi dengan pemberian obato-batan tertentu.
Kasus bayi besar dengan berat bayi dibawah 5 kilogram masih serin terjadi, akan tetapi, bayi yang lahir dengan berat ekskrim antara 6 kilogram masih sangat jarang terjadi, untuk Aceh pernah lahir bayi dengan 6 kg yang lahir 17 Oktober tahun lalu, dan berat bayi besar yang tercatat di museum rekord Muri, 6,4 kilogram, sedangkan yang terberat di dunia bayi asal Siberia dengan 7,7 kilogram.
Bayi besar atau istilah latin dikenal makrosomia, atau Giant Baby(bayi raksasa), adalah bayi dengan berat badan diatas 4 kilogram. Kejadian sangat bervariasi antara 8 sampai 10 persen total kelahiran, akan tetapi kelahiran dengan berat sangat ekstrim seperti diatas 5,5 kg sangat langka.
Bayi besar akan meningkatkan risiko problema proses persalinan yaitu kemungkinan terjadi bahu bayi tersangkut dan, kalaupun bayi lahir, bayi akan lahir dengan gangguan nafas dan kadang kala bayi lahir dengan trauma tulang leher, bahu dan selubung sarafnya. Semuanya ini terjadi akibat massa bayi yang besar sehingga tidak mungkin atau sangat sulit melewati panggul ibu.
Beruntung pada keadaan tertentu bayi bisa lewat panggul ibu dengan proses lama akan tetapi biasanya bayi tersebut berpotensi tidak sehat, sedangkan ibu yang melahirkan sering mengalami gangguan berjalan pasca melahirkan akibat peregangan maksimal struktur tulang panggul. Keluhan keluhan tersebut bisa sembuh kembali dengan perawatan yang baik.
Faktor penyebab terjadinya bayi besar bisa akibat faktor ibu dan bisa juga akibat faktor bayinya sendiri. Beberapa faktor –faktor tersebut diantaranya. Ibu yang menderita sakit gula(diabetes melitus), hal ini terjadi akibat terjadi gangguan penggunaan gula darah ibu hamil yang disebabkan ttak berperannya fungsi hormon insulin, inilah yang membuat bayi menjadi tumbuh besar.
Seorang ibu dengan riwayat sakit gula, bila hamil harus melakukan pemeriksaan laboratorium tentang kadar gula darah untuk mencegah terjadinya komplikasi kematian bayi didalam rahim.
Pemeriksaan kadar gula darah sebaiknya dilakukan saat usia kehamilan 24-28 minggu, bila kadar gula darah tidak normal, nilai kadar gula harus diturunkan dalam batas aman atau normal dengan menggunakan suntikan hormon insulin, karena penggunaan obat penurun gula darah tablet tidak dibenarkan, sebab bisa membahayakan bayi.
Selama Hamil pertambahan berat badan ibu selalu dicatat pertambahan demi memprediksi tentang kesehatan ibu dan mencegah penambahan yang sangat menyolok. Seeorang ibu hamil gemuk berisiko 4 sampai 12 kali untuk melahirkan bayi besar. Bayi yang lahir besar juga dihubungkan dengan usia kehamilan yang lewat waktu taksirannya.
Selain itu seorang Ibu dengan kehamilan lebih dari 2 juga berpotensi melahirkan bayi besar, karena umumnya berat seorang bayi yang akan lahir berikutnya bertambah sekitar 80 sampai 120 gr . Ibu hamil dengan usia lanjut dan pernah melahirkan bayi besar, berpeluang melahirkan bayi besar. Selain itu pengaruh postur ibu dan bapak yang besar juga mempengaruhi lahir bayi besar, pengaruhnya berhubungan dengan tinggi badan bukan berat badannya.
Pengaruh genetik atau kelainan kongenital (bawaan) juga berpengaruh untuk terjadi bayi besar. Bayi dengan Jenis kelamin laki-laki berpengaruh terjadi bayi besar , biasanya anak lelaki sekitar 150 lebih berat dari jenis perempuan, kejadian pada anak lelaki berkisar 60 sampai 65 persen..
Ibu hamil yang minum es tidak ada hubungan dengan kejadian anak besar, keluhan ini sangat sering ditanyakan seorang ibu hamil saat memeriksakan kehamilan di dokter kandungan.
Dengan periksa hamil teratur dapat ditekan risiko komplikasi bagi ibu yang sering terjadi akibat bayi besar, seperti tingginya angka operasi Caesar, perdarahan pascasalin, dan trauma jalan lahir. Periksa kehamilan di pos bidan desa atau puskesmas baik itu dilakukan oleh bidan maupun dokter umum akan menjadi tempat skrining awal, ada tidaknya masalah kehamilan seorang ibu.
Bila seorang ibu dengan penambahan berat badan diatas 12 kg, rata-rata penambahan berat badan ideal selama hamil (7 sampai 12 kg), atau adanya tinggi fundus rahim diatas 40 cm, atau ibu yang gemuk (berat diatas 80 kg), sebaiknya kasus yang demikian segera dirujuk ke rumah sakit untuk konfirmasi pemeriksaan sonografi karena kelompok ibu dengan ukuran-ukuran tersebut berpotensi terjadi bayi besar.
Masalah yang muncul pada bayi besar dengan ibu riwayat sakit gula adalah perawatan bayi pasca lahir, bayi harus diperiksa kadar gula darahnya untuk mencegah bayi kurang energi disebabkan sianak biasanya fungsi hormon insulinnya normal. Sedangkan pada kelompok bayi besar akibat faktor postur ibu yang besar, perawatannya relatif mudah.
Pencegahan terjadinya bayi besar bertujuan mencegah terjadi komplikasi yang tidak diinginkan bagi ibu dan janin dengan jalan melakukan diagnosa lebih awal adanya potensi terjadinya bayi besar. Pencegahan dilakukan dengan melakukan penimbangan berat badan ibu secara teratur, pengukuran tinggi fundus uteri dan pola makan yang benar.
Selama ini masih ada anggapan seorang ibu hamil harus makan untuk porsi dua orang karena itu ia membutuhkan energi yang relatif banyak, pendapat tersebut tidak benar karena peningkatan kalori yang dibutuhkan seorang ibu hamil berkisar 10 sampai 15 persen kebutuhan normal.
Untuk mencegah adanya bayi besar ibu hamil perlu melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur, 4 kali selama kehamilannya, sekali saat kehamilan trimester pertama dan kedua dan 2 kali saat usia kehamilan trimester ketiga.
Penting bagi seorang ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan sonografi(USG) selama kehamilan, sebaiknya seorang ibu hamil selama masa kehamilannya minimal diperiksa sebanyak 2 kali, yakni saat usia kehamilan 12-15 minggu untuk melihat adanya kelainan bayi, dan saat usia kehamilan 8 bulan untuk menentukan kesejahteraan janin, letak plasenta dan posisi/presentasi bayi sehingga bisa merencanakan tempat persalinan yang optimal.
Pemeriksaan besar bayi dengan USG akan memberikan ketepatan sampai 90 persen, sedangkan dengan pemeriksaan phisik saja misal dengan berat badan ibu dan tinggi fundus uteri memberikan ketepatan sampai 50 persen.
Mengingat banyaknya risiko yang mungkin terjadi dalam masa kehamilan, maka sebaiknya. Setiap ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan dengan baik dan teratur,dengan menimbang penambahan berat badan setiap bulan, lakukan pemeriksaan USG selama masa hamil minimal pada awal dan akhir usia kehamilan . Jangan malu menceritakan riwayat kehamilan yang buruk jikalau ada saat berkonsultasi dengan dokter.
Dengan tingginya kesadaran masyarakat melakukan pemeriksaan kehamilan dengan baik kita akan dapat menurunkan risiko kelahiran bayi besar, dan risiko kehamilannya. Selesai.
1.2.2 Hidrosefalus
Hidrosefalus (kepala-air, istilah yang berasal dari bahasa Yunani: "hydro" yang berarti air dan "cephalus" yang berarti kepala; sehingga kondisi ini sering dikenal dengan "kepala air") adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan serebro spinal) atau akumulasi cairan serebrospinal dalam ventrikel serebral, ruang subarachnoid, atau ruang subdural. Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital.
Penyebap
Penyebap Hidrosefalus terbagi dua, yakni Kongenital; disebapkan ganguan perkembangan janin dalam rahim (misalnya Malformasi Arnold Chiari) atau infeksi intrauterine.
Manifestasi Klinis
  • Kepala membesar, fontanel antrior menonjol.
  • Vena pada kulit kepala dilatasi dan terlihat jelas pada saat bayi menangis.
  • Terdapat bunyi creckedpot (tanda Macewen).
  • Mata melihat kebawah, mudah terstimulasi, lemah dan kemampuan makan berkurang.
  • Opisthotonus, dan spatik pada ekstremitas bawah.
  • Pada bayi dengan malformasi Ac, bayi mengalami kesulitan menelan.
  • Bunyi napas stridor.
  • Kesulitan bernapas.
  • Apnea, dan tidak ada refleks muntah.
  • Sakit kepala, papil edema.
  • Strabismus, ataxia, letargi, bingung, dan bicara inkoheren.
1.2.3  Anencephalus
                Anencephaly adalah gangguan cephalic yang dihasilkan dari sebuah cacat tabung saraf yang terjadi ketika akhir (kepala) cephalic dari tabung saraf gagal menutup, biasanya antara tanggal 23 dan 26 kehamilan, yang mengakibatkan tidak adanya sebagian besar otak , tengkorak, dan kulit kepala. Anak-anak dengan gangguan ini lahir tanpa otak depan, bagian terbesar dari otak terutama terdiri dari belahan otak (yang meliputi neokorteks, yang bertanggung jawab untuk tingkat yang lebih tinggi kognisi, yaitu, berpikir) . Jaringan otak yang tersisa sering terkena-tidak dilindungi oleh tulang atau kulit Kebanyakan bayi dengan kelainan genetik ini tidak dapat bertahan kelahiran..

Tanda dan gejala
Sebuah newbornThe anencephalic Nasional Institut Neurologis Gangguan dan Stroke (NINDS) menggambarkan penyajian kondisi ini sebagai berikut: "Seorang bayi lahir dengan anencephaly biasanya buta, tuli, tak sadarkan diri, dan tidak mampu merasakan sakit Meski beberapa individu dengan anencephaly mungkin akan lahir. dengan batang otak utama, kurangnya otak berfungsi secara permanen mengesampingkan kemungkinan pernah mendapatkan kesadaran tindakan Reflex seperti bernapas dan tanggapan terhadap suara atau sentuhan terjadi. ".
menyebabkan CausesThe dari anencephaly masih diperdebatkan. Umumnya, cacat tabung saraf tidak mengikuti pola langsung dari keturunan, meskipun ada beberapa bukti tidak langsung warisan, [3] dan model hewan baru menunjukkan kemungkinan hubungan dengan kekurangan pada TEAD2 faktor transkripsi [4]. Studi menunjukkan bahwa seorang wanita yang telah memiliki satu anak dengan cacat tabung saraf seperti anencephaly memiliki sekitar risiko 3% memiliki seorang anak dengan cacat tabung saraf. [rujukan?]

Telah diketahui bahwa wanita yang menggunakan obat tertentu untuk epilepsi dan wanita dengan diabetes insulin-dependent memiliki risiko yang lebih tinggi memiliki anak dengan cacat tabung saraf. [Rujukan?] Konseling genetik biasanya ditawarkan kepada perempuan pada risiko yang lebih tinggi memiliki anak dengan cacat tabung saraf untuk membahas tes yang tersedia.

Studi terbaru menunjukkan bahwa penambahan asam folat untuk diet wanita usia subur dapat secara signifikan mengurangi, meskipun tidak menghilangkan, kejadian cacat tabung saraf. Oleh karena itu, dianjurkan bahwa semua wanita usia subur mengkonsumsi 0,4 mg asam folat setiap hari, terutama mereka yang berusaha untuk hamil atau yang mungkin dapat hamil, karena hal ini dapat mengurangi risiko menjadi 0,03%. [Rujukan?] Ini tidak dianjurkan untuk menunggu sampai kehamilan telah dimulai, karena pada saat seorang wanita mengetahui dia hamil, waktu kritis untuk pembentukan neural tube defect telah biasanya sudah berlalu. Seorang dokter mungkin resep dosis lebih tinggi asam folat (4 mg / hari) untuk wanita yang telah mengalami kehamilan sebelumnya dengan neural tube defect [riset asli?].

Anencephaly dan cacat fisik dan mental lainnya juga telah disalahkan pada paparan tinggi racun seperti timah, kromium, merkuri, dan nikel.
Hubungan dengan ciliopathyUntil genetik baru-baru ini, literatur medis tidak menunjukkan hubungan antara kelainan genetik, baik sindrom genetik dan penyakit genetik, yang sekarang sedang ditemukan berhubungan. Sebagai hasil dari penelitian genetik baru, beberapa di antaranya, pada kenyataannya, sangat terkait dalam akar penyebab mereka meskipun sangat beragam kumpulan gejala klinis medis yang terlihat dalam gangguan. Anencephaly adalah salah satu penyakit tersebut, bagian dari sebuah kelas munculnya penyakit yang disebut ciliopathies. Penyebab yang mendasarinya mungkin merupakan mekanisme molekuler disfungsi dalam struktur silia utama sel, organel yang hadir dalam jenis seluler di seluruh tubuh manusia. Cacat silia mempengaruhi "berbagai jalur kritis sinyal perkembangan" penting untuk pengembangan seluler dan dengan demikian menawarkan hipotesis yang masuk akal untuk sifat multi-gejala sering set besar sindrom dan penyakit. ciliopathies Dikenal termasuk tardive ciliary primer, sindrom Bardet-Biedl, ginjal polikistik dan penyakit hati, nephronophthisis, sindrom Alstrom, sindrom Meckel-Gruber, dan beberapa bentuk degenerasi retina.
·         Diagnosis
Citra USG janin dengan anencephalyAnencephaly sering dapat didiagnosis sebelum kelahiran melalui pemeriksaan USG. The alfa-fetoprotein serum ibu (AFP skrining) dan USG janin rinci dapat berguna untuk screening cacat tabung saraf seperti spina bifida atau anencephaly.

PrognosisThere ada obat atau pengobatan standar untuk anencephaly dan prognosis untuk pasien adalah kematian. Kebanyakan anencephalic janin tidak dapat bertahan kelahiran, akuntansi untuk 55% kasus non-dibatalkan. Jika bayi tidak lahir mati, maka dia biasanya akan mati dalam beberapa jam atau hari setelah lahir dari penangkapan kardiorespirasi.

Dalam hampir semua kasus, bayi anencephalic tidak agresif menghidupkan kembali karena tidak ada kesempatan bayi pernah mencapai eksistensi sadar. Sebaliknya, praktek klinis biasa adalah untuk menawarkan hidrasi, gizi, dan tindakan kenyamanan dan "membiarkan alam mengambil jalannya sendiri". ventilasi buatan, operasi (untuk memperbaiki setiap cacat bawaan co-ada), dan terapi obat (seperti antibiotik) biasanya dianggap sebagai upaya sia-sia. Dokter dan ahli etika medis dapat melihat pemberian nutrisi dan hidrasi sebagai medis sia-sia.

 EpidemiologyIn Amerika Serikat, sekitar 1 dari 150.000 hingga 200.000 bayi lahir dengan anencephaly setiap tahun. Penelitian telah menunjukkan bahwa, secara keseluruhan, bayi perempuan lebih mungkin akan terpengaruh oleh gangguan tersebut.
1.2.4 Kembar siam
Kembar siam adalah keadaan anak kembar yang tubuh keduanya bersatu. Hal ini terjadi apabila zigot dari bayi kembar identik gagal terpisah secara sempurna. Kemunculan kasus kembar siam diperkirakan adalah satu dalam 200.000 kelahiran. Yang bisa bertahan hidup berkisar antara 5% dan 25%, dan kebanyakan (75%) berjenis kelamin perempuan.
Istilah kembar siam berawal dari pasangan kembar siam terkenal Chang dan Eng Bunker (1811-1874) yang lahir di Siam (sekarang Thailand). Kasus kembar siam tertua yang tercatat adalah Mary dan Eliza Chulkhurst dari Inggris yang lahir di tahun 1100-an.

Penyebab Kelahiran Kembar
Banyak faktor diduga sebagai penyebab kehamilan kembar. Selain faktor genetik, obat penyubur yang dikonsumsi dengan tujuan agar sel telur matang secara sempurna, juga diduga ikut memicu terjadinya bayi kembar. Alasannya, jika indung telur bisa memproduksi sel telur dan diberi obat penyubur, maka sel telur yang matang pada saat bersamaan bisa banyak, bahkan sampai lima dan enam.
Proses
Secara garis besar, kembar dibagi menjadi dua. Monozigot, kembar yang berasal dari satu telur dan dizigot kembar yang berasal dari dua telur. Dari seluruh jumlah kelahiran kembar, sepertiganya adalah monozigot. Kembar dizigot berarti dua telur matang dalam waktu bersamaan, lalu dibuahi oleh sperma. Akibatnya, kedua sel telur itu mengalami pembuahan dalam waktu bersamaan. Sedangkan kembar monozigot berarti satu telur yang dibuahi sperma, lalu membelah dua. Masa pembelahan inilah yang akan berpengaruh pada kondisi bayi kelak.
Masa pembelahan sel telur terbagi dalam empat waktu, yaitu 0 - 72 jam, 4 - 8 hari, 9-12 dan 13 hari atau lebih. Pada pembelahan pertama, akan terjadi diamniotik yaitu rahim punya dua selaput ketuban, dan dikorionik atau rahim punya dua plasenta. Sedangkan pada pembelahan kedua, selaput ketuban tetap dua, tapi rahim hanya punya satu plasenta. Pada kondisi ini, bisa saja terjadi salah satu bayi mendapat banyak makanan, sementara bayi satunya tidak. Akibatnya, perkembangan bayi bisa terhambat. Lalu, pada pembelahan ketiga, selaput ketuban dan plasenta masing-masing hanya sebuah, tapi bayi masih membelah dengan baik.
Pada pembelahan keempat, rahim hanya punya satu plasenta dan satu selaput ketuban, sehingga kemungkinan terjadinya kembar siam cukup besar. Pasalnya waktu pembelahannya kelamaan, sehingga sel telur keburu berdempet. Jadi kembar siam biasanya terjadi pada monozigot yang pembelahannya lebih dari 13 hari.
Dari keempat pembelahan tersebut, tentu saja yang terbaik adalah pembelahan pertama, karena bayi bisa membelah dengan sempurna. Namun, keempat pembelahan ini tidak bisa diatur waktunya. Faktor yang memengaruhi waktu pembelahan, dan kenapa bisa membelah tidak sempurna sehingga mengakibatkan dempet, biasanya dikaitkan dengan infeksi, kurang gizi, dan masalah lingkungan.
Persentase hidup
Sejumlah kesimpulan medis menyebutkan, terjadi satu kasus kembar siam untuk setiap 200 ribu kelahiran. Jadi, jika Indonesia berpenduduk 200 juta, ada peluang 1.000 kasus kembar siam!. Dari semua kelahiran kembar siam, diyakni tak lebih dari 12 pasangan kembar siam yang hidup di dunia. Saat dilahirkan kebanyakan kembar siam sudah dalam keadaan meninggal, yang lahir hidup hanya sekitar 40 persen.
Dari mereka yang lahir hidup, 75 persen meninggal pada hari-hari pertama dan hanya 25 persen yang bertahan hidup. Itu pun sering kali disertai dengan kelainan bawaan dalam tubuhnya (incomplete conjoined twins). Apakah itu organ pada bagian ekstoderm, yakni kulit, hidung dan telinga, atau mesoderm yang mencakup otot, tulang dan saraf, atau bias juga indoderm, yakni bagian organ dalam seperti hati, jantung, paru dan otak.
Pembagian jenis kembar siam
Kembar siam itu sendiri yang kebanyakan berjenis kelamin perempuan, terbagi dalam beberapa jenis kasus, yang didasari posisi pelekatan keduanya.
Dari seluruh kembar dempet, kebanyakan dempet terjadi pada empat anggota tubuh, yaitu dada sebanyak 40 persen, perut 35 persen, kepala 12 persen dan panggul antara enam hingga sepuluh persen.
Ada beberapa jenis kembar siam:
*       Thoracopagus: kedua tubuh bersatu di bagian dada (thorax). Jantung selalu terlibat dalam kasus ini. Ketika jantung hanya satu, harapan hidup baik dengan atau tanpa operasi adalah rendah. (35-40% dari seluruh kasus)
*       Omphalopagus: kedua tubuh bersatu di bagian bawah dada. Umumnya masing-masing tubuh memiliki jantung masing-masing, tetapi biasanya kembar siam jenis ini hanya memiliki satu hati, sistem pencernaan, diafragma dan organ-organ lain. (34% dari seluruh kasus)
o    Xiphopagous: kedua tubuh bersatu di bagian xiphoid cartilage.
*       Pygopagus (iliopagus): bersatu di bagian belakang. (19% dari seluruh kasus)
*       Cephalopagus: bersatu di kepala dengan tubuh yang terpisah. Kembar siam jenis ini umumnya tidak bisa bertahan hidup karena kelainan serius di otak. Dikenal juga dengan istilah janiceps (untuk dewa Janus yang bermuka dua) atau syncephalus.
o    Cephalothoracopagus: Tubuh bersatu di kepala dan thorax. Jenis kembar siam ini umumnya tidak bisa bertahan hidup. (juga dikenal dengan epholothoracopagus atau craniothoracopagus)
*       Craniopagus: tulang tengkorak bersatu dengan tubuh yang terpisah. (2%)
o    Craniopagus parasiticus - bagian kepala yang kedua yang tidak memiliki tubuh.
*       Dicephalus: dua kepala, satu tubuh dengan dua kaki dan dua atau tiga atau empat lengan (dibrachius, tribrachius atau tetrabrachius) Abigail dan Brittany Hensel, adalah contoh kembar siam dari Amerika Serikat jenis dicephalus tribrachius.
*       Ischiopagus: kembar siam anterior yang bersatu di bagian bawah tubuh. (6% dari seluruh kasus)
*       Ischio-omphalopagus: Kembar siam yang bersatu dengan tulang belakang membentuk huruf-Y. Mereka memiliki empat lengan dan biasanya dua atau tiga kaki. Jenis ini biasanya memiliki satu sistem reproduksi dan sistem pembuangan.
*       Parapagus: Kembar siam yang bersatu pada bagian bawah tubuh dengan jantung yang seringkali dibagi. (5% dari seluruh kasus)
*       Diprosopus: Satu kepala dengan dua wajah pada arah berlawanan.

1.2.5  Gawat Janin
Persalinan normal suatu keadaan fisiologis, normal dapat berlangsung sendiri tanpa intervensi penolong. Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor ”P” utama yaitu kekuatan ibu (power), keadaan jalan lahir (passage) dan keadaan janin (passanger). Faktor lainnya adalah psikologi ibu (respon ibu ), penolong saat bersalin, dan posisi ibu saat persalinan. Dengan adanya keseimbangan atau kesesuaian antara faktor-faktor "P" tersebut, persalinan normal diharapkan dapat berlangsung. Bila ada gangguan pada satu atau lebih faktor “P” ini, dapat terjadi kesulitan atau gangguan pada jalannya persalinan. Kelambatan atau kesulitan persalinan ini disebut distosia. Salah satu penyebab dari distosia karena adalah kelainan gawat janin. Distosia berpengaruh buruk bagi ibu maupun janin. Pengenalan dini dan penanganan tepat akan menentukan prognosis ibu dan janin.
1. Mengetahui penyebab distosia pada persalinan karena kelainan gawat janin
2. Mengetahui apa saja kelainan gawat janin yang menyebabkan distosia pada persalinan.
3. Mengetahui apa saja peran bidan dalam menangani distosia karena kelainan gawat janin
Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima Oksigen cukup, sehingga mengalami hipoksia. (Abdul Bari Saifuddin dkk.2002 )
Etiologi
Penyebab dari gawat janin yaitu:
a. Insufisiensi uteroplasenter akut (kurangnya aliran darah uterus- plasenta dalam waktu singkat)
1) Aktivitas uterus yang berlebihan, hipertonik uterus, dapat dihubungkan dengan pemberian oksitosin.
2) Hipotensi ibu, anestesi epidural,kompresi vena kava, posisi terlentang.
3) Solusio plasenta.
4) Plasenta previa dengan pendarahan.
b. Insufisiensi uteroplasenter kronik (kurangnya aliran darah uterus-plasenta dalam waktu lama)
1. Penyakit hipertensi
2. Diabetes melitus
3. Postmaturitas atau imaturitas
c. Kompresi (penekanan) tali pusat
Pengaruh Pada Kehamilan dan Persalinan
a. Pada Kehamilan
Gawat janin dapat menyebabkan berakhirnya kehamilan karena pada gawat janin, maka harus segera dikeluarkan.
b. Pada persalinan
Gawat janin pada persalinan dapat menyebabkan :
1) Persalinan menjadi cepat karena pada gawat janin harus segera dikeluarkan
2) Persalinan dengan tindakan, seperti ekstraksi cunam, ekstraksi forseps, vakum ekstraksi, ataupun bahkan dapat diakhiri dengan tindakan sectio saesarea (SC)
 Diagnosa
Diagnosis gawat janin saat persalinan didasarkan pada denyut jantung janin yang abnormal. Diagnosis lebih pasti jika disertai air ketuban hijau dan kental/ sedikit. Gawat janin dapat terjadi dalam persalinan karena partus lama, Infuse oksitosin, perdarahan, infeksi, insufisiensi plasenta, ibu diabetes, kehamilan pre dan posterm atau prolapsus tali pusat. Hal ini harus segera dideteksi dan perlu penanganan segera.
 Klasifikasi
Jenis gawat janin yaitu :
a. Gawat janin yang terjadi secara ilmiah
b. Gawat janin iatrogenik
Gawat janin iatrogenik adalah gawat janin yang timbul akibat tindakan medik atau kelalaian penolong. Resiko dari praktek yang dilakukan telah mengungkapkan patofisiologi gawat janin iatrogenik akibat dari pengalaman pemantauan jantung janin.
 Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul jika janin mengalami gawat janin yaitu :
a. Asfiksia
b. Menyebabkan kematian janin jika tidak segera ditangani dengan baik.

Penatalaksanaan
Prinsip Umum :
a. Bebaskan setiap kompresi tali pusat
b. Perbaiki aliran darah uteroplasenter
c. Menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal atau kelahiran segera merupakan indikasi. Rencana kelahiran (pervaginam atau perabdominam) didasarkan pada fakjtor-faktor etiologi, kondisi janin, riwayat obstetric pasien dan jalannya persalinan.
Penatalaksanaan Khusus:
a. Posisikan ibu dalam keadaan miring sebagai usaha untuk membebaskan kompresi aortokaval dan memperbaiki aliran darah balik, curah jantung dan aliran darah uteroplasenter. Perubahan dalam posisi juga dapat membebaskan kompresi tali pusat.
b. Oksigen diberikan melalui masker muka 6 liter permenit sebagai usaha untuk meningkatkan pergantian oksigen fetomaternal.
c. Oksigen dihentikan, karena kontraksi uterus akan mengganggu curahan darah ke ruang intervilli.
d. Hipotensi dikoreksi dengan infus intravena dekstrose 5 % dalam larutan laktat. Transfusi darah dapat di indikasikan pada syok hemoragik.
e. Pemeriksaan pervaginam menyingkirkan prolaps tali pusat dan menentukan perjalanan persalinan.
f. Pengisapan mekonium dari jalan napas bayi baru lahir mengurangi risiko aspirasi mekoneum. Segera setelah kepala bayi lahir, hidung dan mulut dibersihkan dari mekoneum dengan kateter pengisap. Segera setelah kelahiran, pita suara harus dilihat dengan laringoskopi langsung sebagai usaha untuk menyingkirkan mekoneum dengan pipa endotrakeal.




















Persalinan normal suatu keadaan fisiologis, normal dapat berlangsung sendiri tanpa intervensi penolong. Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor ”P” utama yaitu kekuatan ibu (power), keadaan jalan lahir (passage) dan keadaan janin (passanger). Faktor lainnya adalah psikologi ibu (respon ibu ), penolong saat bersalin, dan posisi ibu saat persalinan. Dengan adanya keseimbangan atau kesesuaian antara faktor-faktor "P" tersebut, persalinan normal diharapkan dapat berlangsung. Bila ada gangguan pada satu atau lebih faktor “P” ini, dapat terjadi kesulitan atau gangguan pada jalannya persalinan. Kelambatan atau kesulitan persalinan ini disebut distosia. Salah satu penyebab dari distosia karena adalah kelainan gawat janin. Distosia berpengaruh buruk bagi ibu maupun janin. Pengenalan dini dan penanganan tepat akan menentukan prognosis ibu dan janin.
1. Mengetahui penyebab distosia pada persalinan karena kelainan gawat janin
2. Mengetahui apa saja kelainan gawat janin yang menyebabkan distosia pada persalinan.
3. Mengetahui apa saja peran bidan dalam menangani distosia karena kelainan gawat janin
Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima Oksigen cukup, sehingga mengalami hipoksia. (Abdul Bari Saifuddin dkk.2002 )
Etiologi
Penyebab dari gawat janin yaitu:
a. Insufisiensi uteroplasenter akut (kurangnya aliran darah uterus- plasenta dalam waktu singkat)
1) Aktivitas uterus yang berlebihan, hipertonik uterus, dapat dihubungkan dengan pemberian oksitosin.
2) Hipotensi ibu, anestesi epidural,kompresi vena kava, posisi terlentang.
3) Solusio plasenta.
4) Plasenta previa dengan pendarahan.
b. Insufisiensi uteroplasenter kronik (kurangnya aliran darah uterus-plasenta dalam waktu lama)
1. Penyakit hipertensi
2. Diabetes melitus
3. Postmaturitas atau imaturitas
c. Kompresi (penekanan) tali pusat
Pengaruh Pada Kehamilan dan Persalinan
a. Pada Kehamilan
Gawat janin dapat menyebabkan berakhirnya kehamilan karena pada gawat janin, maka harus segera dikeluarkan.
b. Pada persalinan
Gawat janin pada persalinan dapat menyebabkan :
1) Persalinan menjadi cepat karena pada gawat janin harus segera dikeluarkan
2) Persalinan dengan tindakan, seperti ekstraksi cunam, ekstraksi forseps, vakum ekstraksi, ataupun bahkan dapat diakhiri dengan tindakan sectio saesarea (SC)
 Diagnosa
Diagnosis gawat janin saat persalinan didasarkan pada denyut jantung janin yang abnormal. Diagnosis lebih pasti jika disertai air ketuban hijau dan kental/ sedikit. Gawat janin dapat terjadi dalam persalinan karena partus lama, Infuse oksitosin, perdarahan, infeksi, insufisiensi plasenta, ibu diabetes, kehamilan pre dan posterm atau prolapsus tali pusat. Hal ini harus segera dideteksi dan perlu penanganan segera.
 Klasifikasi
Jenis gawat janin yaitu :
a. Gawat janin yang terjadi secara ilmiah
b. Gawat janin iatrogenik
Gawat janin iatrogenik adalah gawat janin yang timbul akibat tindakan medik atau kelalaian penolong. Resiko dari praktek yang dilakukan telah mengungkapkan patofisiologi gawat janin iatrogenik akibat dari pengalaman pemantauan jantung janin.
 Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul jika janin mengalami gawat janin yaitu :
a. Asfiksia
b. Menyebabkan kematian janin jika tidak segera ditangani dengan baik.

Penatalaksanaan
Prinsip Umum :
a. Bebaskan setiap kompresi tali pusat
b. Perbaiki aliran darah uteroplasenter
c. Menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal atau kelahiran segera merupakan indikasi. Rencana kelahiran (pervaginam atau perabdominam) didasarkan pada fakjtor-faktor etiologi, kondisi janin, riwayat obstetric pasien dan jalannya persalinan.
Penatalaksanaan Khusus:
a. Posisikan ibu dalam keadaan miring sebagai usaha untuk membebaskan kompresi aortokaval dan memperbaiki aliran darah balik, curah jantung dan aliran darah uteroplasenter. Perubahan dalam posisi juga dapat membebaskan kompresi tali pusat.
b. Oksigen diberikan melalui masker muka 6 liter permenit sebagai usaha untuk meningkatkan pergantian oksigen fetomaternal.
c. Oksigen dihentikan, karena kontraksi uterus akan mengganggu curahan darah ke ruang intervilli.
d. Hipotensi dikoreksi dengan infus intravena dekstrose 5 % dalam larutan laktat. Transfusi darah dapat di indikasikan pada syok hemoragik.
e. Pemeriksaan pervaginam menyingkirkan prolaps tali pusat dan menentukan perjalanan persalinan.
f. Pengisapan mekonium dari jalan napas bayi baru lahir mengurangi risiko aspirasi mekoneum. Segera setelah kepala bayi lahir, hidung dan mulut dibersihkan dari mekoneum dengan kateter pengisap. Segera setelah kelahiran, pita suara harus dilihat dengan laringoskopi langsung sebagai usaha untuk menyingkirkan mekoneum dengan pipa endotrakeal.

0 komentar:

Posting Komentar